Minggu, 24 Mei 2015

FILM REVIEW – GERUDA POWER: THE SPIRIT WITHIN

Garuda Power adalah film dokumenter sederhana yang bercerita tentang sejarah filmaction Indonesia sejak era ’20-an dan ’30-an, lalu masa jaya pada era ’70-an, sampai era ’90-an ketika genre ini meredup hingga akhirnya dua jilid film The Raid meledak pasar perfilman indonesia.
Film dokumenter ini di sutradarai oleh Bastian Meiresonne. Dalam film ini, ia menunjukkan kembali bahwa film-film action Indonesia punya kaitan erat dengan 'exploitation film' dari Hong Kong, Jepang dan Hollywood serta juga kuat dipengaruhi oleh komik. Seperti pada adegan-adegan beladiri, gaya penampilan sang aktor, dsb.
Menurut saya film ini menarik karena Bastian membuatnya berdasarkan riset terhadap arsip-arsip film dan wawancara dengan para tokoh, mulai dari sejarawan film dan komentator budaya, para pembuat film dan aktor veteran, juga warga masyarakat penikmat film. Dalam film tersebut diceritakan bahwa ada beberapa orang yang tidak menganggap film yang dibuat sebelum tahun 1950an merupakan bagian dari perfilman Indonesia.
Menariknya lagi, dalam wawancara ataupun diskusi dalam film dokumenter tersebut juga ikut menampilkan cuplikan gambar-gambar menarik tentang bagaimana film perang patriotik yang dibuat oleh Usmar Ismail, munculnya gaya petualangan "Djakarta-Hong Kong-Macao", Comicbook yang menginspirasi film superhero "Rama Superman Indonesia" dan banyak seni bela diri di tahun 60-an dan 70-an yang berkaitan dengan identitas nasional Indonesia muncul.
Editan yang dipakai dalam film dokumenter tersebut membuat penontonnya tidak bosan saat menonton. Karena, cuplikan-cuplikan film legenda yang di tampilkan cukup menarik dan menghibur penonton, disela-sela wawancara mengenai film aksi itu sendiri. Saya melihat disekitar saya dan merasakan sendiri pada saat menonton pemutaran film tersebut.
Penting bagi para pembuat film untuk menonton dokumenter Garuda Power ini, karena dapat memberi pengetahuan bagaimana perkembangan filmaction Indonesia sejak dulu hingga sekarang. Seperti perbandingan, film “Jaka Sembung” dengan “The Raid 1-2”.
Saya termasuk orang yang kurang menyukai film-film aksi Indonesia atau legenda jaman dulu. Karena menurut saya, visual yang ditampilkan kurang masuk akal dan secara kualitas gambarnya kurang menarik. Aktor-aktornya pun tidak menarik bagi saya. Hingga muncul film The Raid 1, yang jauh lebih menarik dan menghidupkan, serta mengubah gaya filmaction Indonesia. Kesuksesan The Raid 1 memang saya akui karena secara gambar, cerita, visual effect dan lain sebagainya bagus dan jauh lebih menarik dari film-film aksi Indonesia sebelumnya. Namun, tidak memiliki ciri khas Indonesia sama sekali dan lebih mengikuti karakter film-filmaction barat pada umumnya. Dalam dokumenter Bastian, juga menjelaskan bahwa film The Raid lebih menawarkan pada adegan-adegan pukulan daripada perkelahian senjata. Karena ingin menunjukan aksi bela diri yang ada di Indonesia. Namun, dalam jilid 2 nya, The Raid terkesan berlebihan dan membosankan. Disitulah Garuda Power: The Spirit Within menjelaskan dan mengajak penontonnya membandingkan film-film action yang ada di Indonesia, juga memberitahu tanggapan-tanggapan banyak orang tentang itu.
Secara teknis film dokumenter tersebut cukup baik, karena tidak asal merekam saja tapi jelas, terencana dan dapat dimengerti. Pergerakan kameranya-pun halus, bersih, tidak seperti film-film dokumenter yang amatir. Perpindahan visualisasi wawancara ke cuplikan-cuplikan film dan narasinya juga pas, menurut saya. Terlihat sangat terencana karena sudah menyiapkan pertanyaan apa saja yang berkaitan, tahu siapa saja narasumbernya, film-film apa yang akan ditampilkan, dan sebagainya.
Secara keseluruhan film ini cukup menarik dan mudah dipahami, namun banyak yang belum tahu tentang film ini. Mungkin, pembahasan yang diberikan sedikit kurang dipahami anak-anak muda pemula seperti saya. Karena jujur saja, saya tidak mengenal pemain-pemain film aksi Indonesia jaman dulu juga beberapa film yang ditampilkan. Saat pembahasan tentang beliau ataupun sejarah film itu saya seidkit bingung, tapi dokumenter Garuda Power memberikan pengetahuan baru.


by: Veni Sylviani