Para seniman seperti Beethoven, Van Gogh, dan William Blake memang
telah memukau dunia dengan karya-karya abadi mereka. Namun di sisi lain,
ternyata para seniman juga memiliki pemikiran dan perilaku yang
terkadang sulit dimengerti. Beberapa bahkan dianggap gila. Begitupun
dengan para penulis karya-karya kenamaan. Beberapa diingat karena
memiliki gangguan mental, dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
1.Ernest Hemingway
Penulis “The Old Man and The Sea” serta “For Whom The Bell Tolls” ini
menderita gangguan mental selama hidupnya. Ia juga diduga memiliki
kepribadian ganda dan kerusakan otak, akibat sering terlibat
perkelahian. Ia juga didiagnosa dengan haemochromatics, suatu penyakit
langka yang menyebabkan kandungan zat besi berlebih di dalam tubuh. Pada
tahun 1960 ia kehilangan kewarasannya, berbagai terapi tak mampu
menolongnya. Akhirnya ia menembak dirinya sendiri pada tahun 1961.
Ernest tak sendiri. Ayah, saudara perempuan, saudara laki-laki, dan
cucunya juga meninggal akibat bunuh diri.
2. Jack London
Penulis kisah “The Call of the Wild” dan “White Fang” ini dikenal
sebagai sosok pemikir sosial yang cerdas sekaligus aneh. Kabarnya ia
memiliki kepribadian ganda, juga pemabuk berat dan telah berkali-kali
melakukan percobaan bunuh diri. Ia tewas akiba overdosis morfin. Saat
tengah mengandung Jack London, ibunya juga pernah mencoba bunuh diri
dengan minum banyak obat dan menembak dirinya sendiri, namun gagal.
3. Kurt Vonnegut
Ia paling dikenal atas bukunya “Slaughterhouse-Five” sebuah satir
tentang pengalamannya selama Perang Dunia II. Ia menyebut dirinya
sebagai seorang humanis yang menolak agama. Ia menderita depresi dan
bunuh diri pada 1984. Ibunya juga tewas akibat bunuh diri pada 1944.
Selain itu, anak kandungnya, Mark juga didiagnosa dengan kepribadian
ganda dan skizofrenia.
4. Hunter S. Thompson
Penulis “Fear and Loathing in Las Vegas” ini dikenal sebagai pemabuk,
pecandu obat-obatan, dan sering melakukan kekerasa dengan senjata. Di
usia senjanya, Thompson tinggal di sebuah desa di Colorado sebelum
akhirnya menembakkan diri dengan pistol pada tahun 2005.
5. Sylvia Plath
Plath menderita depresi sejak muda, dan telah menjalani berbagai
terapi akibat berkali-kali kedapatan mencoba bunuh diri. Semua
pengalaman pahitnya ini ia tuliskan ke dalam sebuah novel
semi-otobiografi, The Bell Jar. Apalagi setelah ia mengetahui suaminya
berselingkuh, Plath terus mencoba bunuh diri. Akhirnya ia “berhasil”
bunuh diri dengan menghirup gas karbondioksida dari ovennya. Usianya
baru 30 tahun saat itu.
6. John Kennedy Toole
Penulis yang juga professor di Tulane University ini terkenal justru
setelah ia meninggal dunia. Sebelumnya ia menulis buku “A Confederacy of
Dunces” dan menjualnya kepada sebuah penerbit, namun plot ceritanya
diubah oleh penerbit itu dengan alasan agar lebih menarik. Ia depresi
dan akhirnya melakukan bunuh diri. Beberapa tahun kemudian, ibunya
menemui novelis kenamaan Walker Percy untuk membaca karya Toole, dan
Percy pun tertarik. Buku A Confederacy of Dunces ini menjadi sangat
terkenal, bahkan memenangkan Pulitzer tahun 1981 untuk kategori fiksi.
7. Edgar Allan Poe
Setelah kematian istrinya, orang jenius ini pun mengalami depresi
berat. Ia melampiaskan kesedihannya melalui alkohol dan obat-obatan, dan
sangat terobsesi pada kematian. Semua pergulatan batinnya ini sangat
terlihat di buku “The Raven” karyanya yang sangat terkenal. Ia akhirnya
meninggal pada 7 Oktober 1849 dengan penyebab yang belum diketahui.
8. Virginia Woolf
Penulis ini paling dikenal atas karyanya “Mrs. Dalloway” yang
mengangkat tema seputar gangguan mental, homoseksualitas, dan kehidupan
itu sendiri. Ia mengalami depresi setelah kematian ayahnya pada 1904.
Perang Dunia II semakin membuatnya tertekan, saat rumahnya di London
hancur akibat serangan Jerman. Pada 28 Maret 1941, Woolf menenggelamkan
diri di Sungai Ouse, dengan mengantongi banyak batu besar di jaketnya.
Jasadnya baru ditemukan sebulan kemudian.
9. Raymond Chandler
Penulis ini tidak mempublikasikan semua tulisannya, sampai ia berumur
50 tahun. Ia seorang pemabuk berat, dan memiliki temperamen kasar,
hingga didiagnosa dengan gangguan mental. Ia memutuskan bunuh diri
setelah ditinggal mati istrinya pada 1955.
10. David Foster Wallace
Wallace paling dikenal atas novelnya Infinite Jess, sebuah karya
besar yang berisi hampir setengah juta kata, termasuk detil-detil dan
catatan kaki. Ia juga seorang professor yang disenangi oleh
mahasiswanya. Di balik itu, ia ternyata menderita depresi hampir
sepanjang hidupnya, dan sangat tergantung obat anti-depresi agar dapat
bersikap normal. Ia berhenti menggunakan obat anti-depresi, namun
depresinya menyerang lagi hingga harus mendapatkan terapi. Ia tak
tertolong lagi setelah ditemukan gantung diri pada September 2008.
Karyanya yang terakhir dipublikasikan adalah “The Pale King.”(yri)
sumber : bisnis-jabar.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar