PERBEDAAN YANG SEDERHANA
By : Veni Sylviani
Jakarta
– 31 Desember 2011 | Stasiun Kota sudah mulai dipadati oleh ribuan
orang yang ingin pergi berlibur beberapa hari ini, antrian diloket
pembelian tiket sudah mulai panjang terlihat, berbondong-bondong orang
datang membawa begitu banyak barang bawaan mereka dan rela
berdesak-desakan masuk kedalam kereta. Tak kalah ramainya.. di halaman
Kota Tua pun sudah mulai didatangi banyak orang yang sedang berlibur dan
ingin berkumpul merayakan malam tahun baru bersama. Jakarta dimalam
hari tidak pernah seindah ini.. padahal setiap tahunnya pasti selalu
dihiasi kerlipan kembang api yang sama. Dia ada lagi disana, ditempat
yang sama.
Sudah hampir dua tahun aku tidak melihatnya.
Jangankan bertemu, bahkan tau kabarnya pun tidak. Dia adalah orang yang
sama yang selalu membuatku tersenyum dua tahun lalu, dengan melihatnya
saja sudah sangat membuat ku senang. Pernah dia melemparkan senyumnya ke
arah ku, seketika jiwa yang sederhana ini merasa sangat lengkap. Aku
tidak pernah takut pada siapapun kecuali Tuhanku, tapi setelah ada dia
ketakutan ku bertambah satu.. aku takut kehilangannya. Ketakutan yang
aneh memang, bahkan aku tidak pernah benar-benar memilikinya.. aku hanya
memilikinya dalam khayalan hati dan pikiran ini.
6 Juni 2009,
hari itu menjadi senja pertama yang begitu indah untuk ku. Hampir
sembilan tahun aku menetap disini, di pinggir Stasiun Kota. Setiap
harinya aku bekerja disekitar Stasiun dan Kota Tua, berkeliling
menjajahkan minuman dari satu tempat ke tempat lain. Ribuan bahkan sudah
milyaran orang yang kutemui, tapi hanya ada satu yang berbeda.
Sore itu, tepat pukul 5. Aku sedang duduk melepas lelah sejenak di
pinggir gerbang Stasiun, lalu ‘Dia’ datang bersama teman-teman sebaya
nya yang masih mengenakan seragam SMA lengkap dengan tas dan berbalut
coretan-coretan penuh berwarna-warni dikemeja putihnya itu. Ya, hari
kelulusan tiba. Mereka nampak merayakannya dengan berjalan-jalan
mengelilingi kota Jakarta dan tak lepas juga mengunjungi daerah tempat
tinggal ku.
Itu hari pertama aku melihatnya. Tak hebat memang,
hanya pertemuan sederhana yang singkat.. namun begitu indah untuk ku.
Dia berbeda dari yang lainnya, ‘Dia’ unik, ‘Dia’ baik, lucu, sopan,
tampan pastinya.. aku bertanya-tanya dalam hati, siapa ‘Dia’ ? apa dia
juga melihat ku?
Mereka tak lama ada di Stasiun Kota, hanya
lewat. Lalu mereka berjalan kearah gedung Kota Tua. Aku terus mengikuti
dibelakang mereka, memperhatikan dari kejauhan, seolah pandangan ini tak
mau lepas dari gerak gerik nya.
Mereka bersantai di emperan
kota tua itu. Berfoto bersama, tertawa, bergandengan. Seketika perasaan
tak enak datang menghampiri ku.. aku tak pernah merasa sekecil ini.
Batin ku lama kelamaan melemah, rasa minder yang menggigitnya. Aku yakin
mereka tak pernah melihat kearah ku.. bagaimana mau melihat, bahkan
mereka tidak tau kalau aku ada. Mana mau mereka memperdulikan gadis
kecil yang jelek dan bau ini, apakah mungkin?
Aku berbeda
dengan mereka, bahkan aku tak pantas ada diantara mereka. Aku sadar
dengan “siapa aku” dan “siapa mereka”. Aku tak berharap banyak, aku
hanya ingin terus bisa melihatnya seperti ini.
Waktu terus
berjalan dan sekarang sudah menunjukan pukul 8.45 malam, berjam-jam
mereka menghabiskan waktu disana, dan berjam-jam pula aku hanya berdiam
diri tak jelas disini. Rasanya aku ingin berjalan menjajahkan minuman
yang ku jual ini kesana untuk bisa berada dekat dengannya, namun kaki
ini seperti tak mau.
Beberapa menit berlalu, ‘Dia’ mulai
beranjak dari duduknya. Dia dan beberapa temannya berjalan dan sedikit
melambaikan tangan ke arah teman-temannya yang lain. Aku terus
mengikutinya sampai kepinggir jalan raya, memperhatikannya dari
kejauhan.
Satu bus besar tepat berhenti didepan mereka,
menghalangi nya dari pandangan ku. Tak lama bus itu bergerak jalan dan
mereka sudah tidak ada disana. Aku pun berbalik arah pulang ketempat ku.
Hanya rasa aneh yang tak karuan yang kurasakan saat berjalan pulang
melewati lorong-lorong bangunan sepanjang jalan Kota Tua itu.
Akhirnya aku sampai di atas tempat tidur ku, beberapa tumpukan kardus
kecil yang sudah rapih ku jejerkan di emperan stasiun kota. Aku
berbaring diatasnya, melihat kearah atas.. entah apa yang ada diatas
sana, tapi hanya wajah nya yang ku lihat. Bayangan lucu nya tak pernah
hilang dari penglihatan ini. Rasanya ini akan menjadi malam yang sangat
panjang..
Berjam-jam aku tak tidur membayangkan nya, semua
tentang nya yang kulihat tadi masih sangat jelas ku rasakan. Tak tau
perasaan apa ini namanya, yang jelas aku merasa sangat lengkap saat bisa
melihatnya. Dulu aku pernah merasakan yang lebih sempurna dari ini..
duluuuuu. Sudah lama sekali.. aku tidak pernah merasakannya lagi, bahkan
hampir lupa bagaimana rasanya. Kalau saja tidak ada dia tadi, pasti aku
masih lupa apa itu rasanya senang.
Masa kecil ku tidak sesepi
ini kawan, semuanya lengkap. Ada ayah, ibu, kakak-kakak, keluarga,
saudara, teman bahkan sahabat.. yang sekarang sepertinya sulit aku
dapatkan lagi. Dulu mereka ada disekitar ku, tapi sekarang aku lupa
bagaimana rasanya dikelilingin oleh mereka. Disekeliling ku hanya ada
orang-orang asing sekarang, semuanya yang tak pernah ku banyangkan,
keadaan yang mungkin semua orang tidak mau ada didalamnya.
Kenapa aku bisa ada disini? Ceritanya panjang.. singkatnya, dulu kami
(aku dan keluarga ku) “ada ayah, ibu, dua orang kakak (pria dan wanita)
juga aku” kami tinggal disatu kota kecil dibandung. Kami termasuk
keluarga yang banyak orang inginkan, bergelimang harta, harmonis,
semuanya dulu ada disitu. Namun seketika kejadian itu yang merubah
semuanya. Umur ku 9 tahun saat itu, sudah cukup besar untuk mengerti apa
yang terjadi.
Seperti biasa, ayah dan ibu ku pergi bekerja.
Saat itu hari kamis.. aku menunggu mereka pulang untuk makan malam
bersama, namun hingga larut malam mereka belum kunjung datang. Rasa
takut makin aku rasakan.. kedua kakak ku pun mulai cemas dan mencoba
menghubungi mereka, namun tidak ada jawaban. Hingga tepat pukul 2
dinihari.. ayah menelpon ke nomor kak bima “kakak laki-laki ku”, namun
kami terkejut saat mendengar ternyata bukan dia yang menelpon. Seorang
petugas kepolisian yang mengatakan bahwa ayah ibu kami mengalami
kecelakan dijalan tol dan sudah tidak ada. Tangis sedih, kesal, takut,
rasa tidak percaya, semuanya muncul mengganggu kami. Malam itu menjadi
akhir dari semua kebahagiaan ku. Aku tidak pernah tau bagaimana bisa
tersenyum lagi rasanya.
Tepat satu minggu setelah kepergian
mereka, keluarga itu semakin kacau saja. Kak bima menjadi pemabuk
sekarang, kasar dan kak ara tak pernah pulang kerumah lagi, tak tahu
kemana perginya. Aku tau mereka sangat terpukul dengan kejadian itu..
aku pun begitu. Seperti tidak ada satupun sanak saudara yang peduli
dengan keadaan kami.
Akhirnya aku pergi mencari keluarga ku yang
lain, ke Jakarta. Aku naik kereta dan sampai ke Stasiun Kota tempat ku
berada sekarang. Aku tak punya cukup uang lagi untuk melanjutkan
perjalanan. Sesampainya disana aku hanya duduk di emperan stasiun dan
bingung tak tau harus kemana. Aku melihat ke sekeliling ku.. banyak
anak-anak jalanan disana, aku coba untuk bergabung dengan mereka. Baru
dua jam saja aku sudah mendapatkan sedikit uang, lalu aku teruskan lagi
mengamen dan membantu yang lainnya berjualan. Tiba-tiba hujan turun
sangat deras, awalnya aku hanya ingin mengumpulkan sedikit uang untuk
bekal ku melanjutkan perjalanan, namun hujan itu yang menahan ku
beranjak dari sana. Aku bermalam di emperan stasiun bersama puluhan
orang lainnya.. tak pernah terbayangkan oleh ku bisa ada ditempat
seperti ini dengan mereka, Bahkan orangtua ku disana pasti sedih
melihatnya. Tapi lebih sedih lagi kalau aku tetap ada dirumah sendirian
dan mati kelaparan bukan?
Aku tidak mau menyusahkan orang lain
lagi, aku berpikir sepanjang malam disana. Mungkin ini sudah jalannya,
bagaimana pun aku harus tetap melanjutkan hidup ini. Aku tidak mau
menyerah dan terus-terusan bersedih karna kepergian mereka, karna aku
tau.. tuhan ku tidak pernaa tidur, ia pasti sedang melihat ku sekarang,
ia tidak suka orang yang mudah menyerah. Mungkin disinilah aku harus
meneruskan hidup ku, jalan ku sudah diatur olehnya.. aku percaya itu.
Tak terasa bertahun-tahun telah aku lewati berada disini.. tanpa ayah,
tanpa ibu, tanpa kakak-kakak ku. Hanya ada mereka ini yang menemani
keseharian ku.. tukang asongan, pengamen, preman, anak jalanan, sampai
orang gila yang ada disini juga menjadi saudara baru ku. Tapi tetap saja
aku merasa kurang, sesungguhnya mereka hanya orang asing yang
ditakdirkan untuk melengkapi perjalanan hidup ku saja. Suara bisingnya
keretapun sudah tak asing lagi ku dengar ditelinga ku. Sedikit ada rasa
tidak nyaman sesekali, tapi aku lebih suka ada disini daripada ditempat
ku yang dulu. Semua itu hanya mengingatkan ku pada sesuatu yang
menyakitkan. Mungkin sekarang mereka sudah melihat ku dari surga,
melihat anaknya dalam keadaan seperti ini. Tapi aku tetap bangga pada
diriku sendiri, toh apa yang aku kerjakan ini halal dan tidak
mengemis-ngemis pada orang lain kan?!
Kembali lagi kecerita awal ku tentang ‘Dia’..
Yaa.. ini benar-benar menjadi malam yang panjang distasiun kota ku. Aku
mencoba memejamkan mata ini dan hanya ada dia disana. Tak pernah ada
yang membuat ku merasa seperti ini setelah kejadian dulu itu.. tapi
bukan berarti ‘Dia’ bisa menggantikan kedua orang tua ku, tapi dengan
ada nya ‘Dia’ aku jadi tau kalau ternyata hati ini masih bisa merasakan.
Selama ini hanya ada preman-preman, berandalan dan anak-anak
jalanan seperti aku ini yang menemaniku. Mereka ini lah yang setiap
harinya ku lihat. Keadaan terburuknya pun pernah kurasakan disini, ya..
kehidupan dikota Jakarta ini memang sangat keras, tak lepas dari jeratan
narkoba, seks bebas, minum-minuman keras, judi, pemerkosaan bahkan
penculikan dan perampokan. Aku hampir jadi korban mereka, tapi
beruntungnya aku selamat. Aku pun tidak mau jadi bagian dari mereka..
walaupun aku tinggal dilingkungan mereka yang seperti ini tapi aku masih
bisa memegang teguh prinsip ku, bahwa tuhan tidak pernah tidur. Ia akan
selalu melihat satu hal sekecil apapun yang kita lakukan. Aku yakin,
jika kita selalu melakukan hal yang positive maka jika ada kejadian
terburuk pun itu pasti akan menjadi pelajaran besar yang tak sulit untuk
mencari jalan keluarnya, dan sama halnya jika kita melakukan hal
negative maka sepintar apapun kita ingin menutupinya tetap tidak akan
bisa dan hanya membawa kita pada satu peristiwa buruk yang tidak akan
pernah ada ujungnya.
Malam berganti.. sinar matahari
menyambutku hangat pagi ini. Akhirnya malam yang panjang itu terlewati
juga, namun perasaan aneh ini masih tetap tinggal. Aku tak sabar ingin
melihatnya lagi, penasaran.. apa aku bisa bertemu dengan ‘Dia’ ? tapi
dimana? Bahkan aku tidak tau siapa namanya. Kemungkinannya sangat kecil
sekali untuk itu.
Satu minggu ku aku lewati dengan sangat
murung.. mengandaikan sesuatu yang mungkin tak pernah ada, dan
seharusnya memang tak ku pikirkan. Tapi kenapa sulit sekali untuk
hilang? Seolah hati ini masih ingin terus mencarinya.
Satu
minggu kemudian.. harapan itu tiba-tiba datang lagi. Semuanya terasa
melepas beban berat ku saat bisa melihatnya lagi.. yaa, di Stasiun kota.
Dia datang kemari, berpakaian rapih terlihat sangat tampan. Seperti
biasa, aku hanya menatapnya dari kejauhan. Hari demi hari aku lalui
dengan gembira sekarang.. karna ada yang berbeda yang dapat aku
perhatikan. ‘Dia’.. setiap hari dia datang ke stasiun kota untuk
berangkat, entah kemana.
Hampir dua bulan sudah dia pulang
pergi melalui Stasiun Kota ini. Aku senang bisa melihatnya setiap hari
sekarang, pagi dan sore ku terasa lengkap sejak ada dia yang
melewatinya. Walau hanya sekilas dan dari kajauhan, tapi sudah cukup
untuk membuat ku merasa benar-benar hidup dengan satu tujuan. Tujuan
untuk melihatnya, tujuan untuk membuat kesedihan ku ini sedikit hilang,
tujuan untuk ingin tetap hidup, tujuan untuk terus berharap dan memiliki
mimpi, tujuan untuk bisa meraihnya dan tujuan untuk bisa merasakan
lagi.
22 Agustus 2009.. menjadi tanggal yang sampai hari ini
tak akan pernah aku lupakan. Seakan impian ku untuk bisa berada dekat
dengannya terwujud. Saat itu hujan deras mengguyur kota Jakarta, awan
mendung menyelimuti gelapnya senja di stasiun kota ini.. tapi menjadi
malam yang sangat cerah untuk ku.
Hujan deras itu menahannya
untuk tetap berasa disini bersama ku.. satu hal lagi yang membuat hari
itu makin sempurna, karna ‘Dia’ yang selama ini hanya bisa aku pandangi
dari kejauhan saat itu berada tepat di samping kiri ku. Kami menatap
kedepan, melihat derasnya air hujan yang jatuh dari atas.. tidak ada
tatapan atau pun pembicaraan disana. Tapi aku senang, hanya berada
disamping mu saja sudah membuat ku merasa begitu.. sesederhana itu.
Waktu menunjukan pukul 7 dan hujan sudah mulai reda perlahan.. dia
mulai menoleh keatas dan memastikan hujannya sudah reda. Tak lama ia
beranjak dari tempatnya berteduh, dia menoleh kearah ku.. satu senyuman
kecil dari bibirnya yang mengarah pada ku. Hanya diam.. seolah waktu
berhenti berputar saat aku melihat senyumnya itu. Dia yang selama ini
hanya menjadi seorang yang ku kagum-kagumkan dari kejauhan tersenyum
jelas padaku. Tak bisa dijelaskan seperti apalagi senangnya aku saat
itu. Lalu dia pergi. Jiwa ini seakan ingin tetap bersamanya disini..
andai hujan nya tidak berhenti, pasti dia masih ada disamping ku
sekarang. Tapi sudahlah, senyumannya itu saja sudah sangat membuatku
bahagia untuk malam yang ajaib.. besok pun aku akan bisa melihatnya ada
disini lagi, tak sabar rasanya.
Hari berganti.. seperti biasa
aku sudah siap menunggunya didekat tangga stasiun. Hari ini dia datang
sedikit agak siang dari biasanya, membawa tas besar dan berpakaian
santai dengan jeans, kaos dan jaket kulitnya. Tak seperti biasanya
memang, tapi tak ada pikiran yang aneh lainnya dibenak ku. Aku
memperhatikannya seperti biasa dari sini, dia sama sekali tak menoleh
kearah ku. Dia berjalan menuju antrian didepan loket, perlahan dia
berjalan maju dan sampai pada antrian paling depan. Tak lama kereta nya
pun dating dan ia cepat-cepat berlari kearah kereta itu. Ya, pandangan
indah ku menghilang seketika saat kereta itu melaju lagi membawanya
pergi. Tapi tak apa, toh nanti sore dia pasti akan kembali lagi turun
dari kereta seperti biasanya.
Aku kembali menjajahkan minuman
berkeliling Stasiun Kota dan Kota Tua, tak terasa senja sudah mulai
dating perlahan.. langsung saja aku bersiap diposisi ku, memandangi
kearah kesayangan ku dari samping tangga stasiun. *teeng* tepat pukul 5
sekarang, suara bising dari keretanya pun sudah mulai terdengar dari
jarak yang sudah cukup dekat, perlahan kereta api itu mengerem dan
berjalan perlahan hingga berhenti tepat diarah pandangan ku. Satu
persatu orang turun dari kereta itu, tapi ‘Dia’ tidak terlihat. Aku
masih tetap menunggu.. hingga kereta kosong sama sekali dan dia tak
kunjung turun. Aku mulai panik dan berlari menghampiri gerbong kereta
itu satu persatu, ternyata sudah tidak ada siapa-siapa lagi didalamnya.
Aku bingung, kemana dia? Apa aku tidak melihatnya ? apa dia sudah
pulang? Atau dia tidak pulang? Perasaan ku semakin kacau, aku terduduk
diam di dekat tiang stasiun terus memandangi kearah depan rel kereta
api. Sedih, kesal, bingung, khawatir, takut.. semuanya jadi satu
bergantian masuk mengisi kekosongan perasaan ini. Kemana dia? Kemana?
Hanya satu kalimat itu yang terus tersirat sekarang. Apa yang terjadi
padanya? Apa dia baik-baik saja? Dimana dia? Semua pertanyaan bodoh yang
sampai sekarang tak pernah ada jawabannya.
Malam semakin
larut, tak ada rasa kantuk sama sekali. Aku tetap duduk disana dan hanya
memandangi kesatu arah. Seperti sudah gila, aneh memang. Aku kehilangan
semangat lagi, hati ini semakin bergejolak ingin perang rasanya.
BODOH!! Aku mencintainya! ‘Dia’ orang yang bahkan sampai sekarang tak
pernah aku tau asal usulnya, namanya, semuanya. Tapi aku suka. Aku suka
dia. Sangat suka. Tuhan.. kenapa perasaan seperti ini bisa aja? Apa lagi
yang kau rencanakan untuk ku? Aku bingung tuhan. Aku hanya bisa diam
sekarang.. Dan akan menjadi diam yang sangat lama sepertinya.
Ini menjadi malam yang panjang lagi.. malam yang sangat tak aku suka.
Malam dimana hanya kenangan-kenangan memalukan untuk diingat! Kenangan
buruk, menyedihkan! Kenangan yang mungkin semua orang tak ingin
memilikinya. Kenangan yang merusak semuanya yang pernah aku punya,
kenangan yang seharusnya tak terjadi. Mungkin tuhan ingin mengajari ku
satu hal dari semua kenangan itu, tapi aku masih belum tau apa..
Tak terasa hangat nya sinar matahari pagi sudah mulai menyambar
kepermukaan kulit ku.. tak ada mimpi indah semalam, karna memang tak ada
yang tidur. Semalam aku hanya berbaring dikardus-kardus kecil
kesayangan ku dan menatap langit-langit.
Bunyi laju kereta api
sudah sangat terdengar, kebisingan orang-orang pun tak mau kalah. Aku
cepat mencuci muka ku dan berjalan ketempat itu untuk melihatnya, tapi
dia tidak ada disana. Dia tidak ada didalam antrian ataupun berlari
menuju kereta lagi. SUDAHLAH!! Jangan mengaharapkan yang tidak mungkin
lagi!
Aku berbalik mengambil barang dagangan ku ketempat
biasa, dan berjalan menjajahkannya dari satu tempat ketempat lain
disekitar Stasiun Kota. Sepanjang jalan aku lalui dengan diam, melewati
lorong demi lorong didekat gedung Kota Tua, dan sedikit menoleh kearah
sana.. pekarangan yang dulu mereka tempati saat merayakan kelulusan,
tempat dimana aku asik memperhatikannya dari kajauhan. Lalu aku kembali
menuju emperan ku di Stasiun Kota, perlahan aku melewati depan
gerbangnya yang terbuka lebar, dan semua itu masih jelas ku ingat..
bagaimana ‘Dia’ pertama kali lewat dihadapanku, berjalan menyusuri senja
diStasiun kota bersama segerombolan teman-teman sebayanya. Tawa nya,
bicaranya, tatapannya, tak pernah lepas dari otak ini.
Tak
terasa sudah hampir dua tahun semuanya itu pergi.. sejak pagi itu ‘Dia’
tidak benar-benar kembali lagi kesini. Kereta di pagi itu yang
membawanya pergi, entah kemana perginya. Sempat aku coba lupa untuk
memikirkannya, aku coba membuangnya dari sini.. tapi tetap tidak bisa.
Dia selalu muncul, disini.. ditempat ku. Bayangannya, tubuh tingginya,
rambut, mata, hidung, telinga, cara nya berjalan, caranya menatap,
semuanya masih ada disini. Aku tidak benar-benar tau dia ada dimana
sekarang.. tapi aku yakin dia baik-baik saja disana.
Hemm..
Malam tahun baru tiba juga. Dan itu akan menjadi tahun baru ke tiga ku
untuk mengingatnya. Tahun baru lagi? Ya.. ‘Dia’ tak ada satu orangpun
yang tau tentang ‘Aku’ dan ‘Dia’. Hanya tuhan. Tuhan dan saksi bisu ini
yang jelas tau kisah ku yang sungguh aneh. Kisah yang memang tak pernah
ada awal dan akhiranya. Kisah yang aneh. Sebuah kisah yang tak akan
pernah ada bila aku tak pernah ada disini.
Siang berganti
malam.. suara bisingnya terompet kini mewarnai malam lagi bersautan
dengan bunyi-bunyi degupan kembang api dan tak kalah ramainya suara
kendaraan dan orang-orang yang menghabiskan malam tahun baru bersama di
kota ini.
Aku bersandar diemperan gedung Kota Tua ingin
menghabiskan malam, menatap keramaian disana dan indahnya langit dengan
hiasan-hiasan kerlipan kembang api yang berulang-ulang. Setiap tahunnya
perayaan seperti ini memang selalu ada, dan selalu sama seperti malam
ini. Tapi kali ini berbeda. Malam ini rasanya akan menjadi malam yang
lebih indah. Malam tahun baru pertama ku yang benar-benar terang, karna
ada ‘Dia’. Dia yang sudah dua tahun ini hanya ada di ilusiku, ‘Dia’ yang
dua tahun lalu memberiku harapan.. dan sekarang membawa harapan itu
kembali lagi setelah sempat membawanya pergi entah kemana. Pergi untuk
waktu yang cukup lama. Ya, dua tahun ku untuk nya. Betapa terkejutnya
hati ini melihatnya berdiri diseberang sana, disana, ditempat yang sama
saat aku menatapinya. Tepat diarah pendangan ku melihatnya dari
kejauhan. Di pekarangan gedung Kota Tua. Rasanya tubuh ini ingin berlari
memeluknya kesana, degupan jantung ini pun tak mau kalah debarannya.
Bibir ini terus tersenyum tak hentinya saat aku menatapnya lagi.
Tak kusangka ‘Dia’ akan kembali kesini, ditempat yang sama. Aku kira
aku sudah tidak bisa melihatnya lagi. Semua tujuan itu ada lagi, rasa
itu hidup lagi sekarang. Rasa yang dulu pernah mati. Aku bisa merasakan
kehadirannya. Aku tak lupa lagi bagaimana rasanya menjadi senang, rasa
bahagia.. tak lupa bagaimana cara tersenyum, tersenyum tanpa alasan yang
jelas.
Sudah dua tahun kita terus seperti ini. Aku dan ‘Dia’.
Kamu mungkin tidak pernah tau siapa aku. Tidak pernah tau ada aku
disini. Tidak pernah tau siapa aku. Tidak ada yang tau memang, hanya
aku, tuhan, dan gedung tua ini.
Ku beranikan diri untuk
melangkah maju mendekatimu, perlahan.. lalu seketika langkah ku itu
dikejutkan dan terhenti. Seorang wanita cantik berambut panjang
bergelombang itu menghampiri mu, wanita sempurna yang tak mungkin tak
diinginkan setiap pria. Wanita idaman, bahkan aku pun suka melihatnya.
Dia dating memelukmu erat. Kalian saling melemparkan senyuman satu sama
lain. Saling bertatapan. Tatapan itu yang selalu aku harapkan ada untuk
ku. Tatapan yang aku idam-idamkan. Tatapan itu kau berikan dalam
padanya. Wanita itu terlihat sangat berarti untuk mu, rasanya aku tau
perasaan apa itu yang ada diantara kalian.. itu rasa yang sama yang
selama dua tahun ini aku rasakan untuk mu. Rasa yang indah sekaligus
menyakitkan. Perasaan yang abadi. Perasaan yang bisa membuat orang
merasa jam berhenti berputar.
Seketika jantung ini seperti
berhenti berdetak saat kau mencium keningnya perlahan. Seakan semua
keramaian itu hilang, hanya ada kita disana. Aku seperti orang paling
bodoh yang memandangi kalian jauh dari sini. Malam pun semakin terasa
gelap, gelap dan gelap. Hanya kegelapan malam yang semakin dingin yang
menemaniku. Kau memang kembali, ada disini, ditempat yang sama. Tapi
semua suasananya sudah sangat berbeda sekarang.
Hati ini
sungguh tak karuan, ingin menjerit, menangis, ingin tak bernafas lagi
rasanya. Penantian selama dua tahun ini tak menghasilkan apapun. Hey,
lihat dirimu! Ingat siapa kau disini! Kau memang tak pantas untuk nya!
Kau bukan siapa-siapa dibandingkan mereka, apalagi wanita cantik itu!
Kau hanya anak jalanan penjual minuman yang tinggal di emperan stasiun
yang sedang dibutakan cinta! Mana mau dia dengan mu! Mana mau! Bodoh!..
hanya itu sepertinya jeritan yang terdengar dihati ku. Tak lama turun
hujan sangat deras..semua orang berteduh dan emperan-emperan gedung pun
menjadi ramai dengan desakan mereka. Aku tak bisa bergerak rasanya,
hanya bisa terduduk diam disini. Malam semakin larut. Pandanganku tetap
tak bisa lepas darinya. Sekarang wanita itu ada disampingnya, erat
dengan rangkulan yang sangat hangat. Begitu senangnya mereka. Aku
langsung teringat dengan hujan dimalam itu. Malam pertama ku bisa berada
disampingnya, 22 Agustus 2009, menjadi malam pertama dan terakhir dia
pernah tersenyum kepada ku. Dan sekarang ini adalah malam yang tak mau
aku ingat! Malam terburuk ku yang kesekian. Malam yang kurika akan
menjadi malam terbaik ku diawal, tapi ternyata tidak.
Malam
semakin larut, hujan rintik-rintik mengisi Jakarta dimalam hari ini.
Semua orang keluar dari tempat berteduhnya, tak perduli akan
tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit. Jam menunjukan hampir pukul
00.00. semua menghitung mundur perlahan dan sampai pukul 12. Pergantian
tahun pun terjadi. Bisingnya terompet, kembang api dan sorak sorai pun
saling bersautan terdengar. Aku masih melihatnya, mereka berpelukan
erat. Seperti tercekik rasanya, dadaku rasanya tertusuk pisau tajam
berbara api.
Sudah terlalu banyak tangisan dulu, dan sesakit
apapun sekarang rasanya aku tak bisa mengeluarkan nya lagi. Tuhan, aku
baru mengerti sekarang. Kau ‘hanya’ mempertemukan aku dengan nya, bukan
untuk didekatkan apalagi disatukan. Kau hanya ingin mengingatkan ku
kalau hati ini masih bisa merasakan. Hati ini masih hidup tuhan, masih
bisa. Dulu yang kukira sudah tidak bisa.. sekarang aku memang sedih,
tapi ‘Dia’ pernah membuat ku merasa hidup lagi. Dan semua ini tidak akan
pernah terjadi kalau aku tidak ada disini. Aku tidak akan pernah
melihatnya kalau saja Sembilan tahun lalu aku tidak kesini. Setidaknya..
aku masih bisa melihatnya. Tidak kau ketahui, bahwa ada aku disini yang
selalu memperhatikanmu dan memandangimu bahkan sampai sekarang, sampai
saat ini.
Cinta memang tidak harus saling memiliki. Ya, aku
merasakannya. Mungkin sebagian orang tidak percaya, dan mungkin memang
tidak ada yang mau.. tapi kalau keadaan yang sudah memaksanya begitu,
tidak ada yang bisa menolaknya. Bahkan apa yang harus aku perbuat?
Merebutnya? Memaksanya? Aku terlalu berbeda untuknya. Sesederhana itu
kau bisa membuatku mencintai mu, dan sesederhana perbedaan yang ada
diantara kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar