PESAN
By || Veni Sylviani
16.45 || Waktu menunjukan senja yang semakin gelap dengan awan mendung
hari itu. Cepat – cepat aku berlari pulang karna tak ingin telat sampai
ke rumah. Aku berlari menyusuri sepanjang jalan. Semakin cepat, dan
seketika terhenti tepat di arah kanan mu. Tak tau apa yang menarik
perhatian ku saat itu, tubuh ku perlahan menghampiri mu. Tatapan mu tak
lepas dari arah itu, terus mengarah pada satu titik keramaian disana.
Segerombolan orang yang berpakaian hitam dengan suasana haru.
Tak lama
suara histeris tangisan terdengar kencang dari arah itu. Seorang wanita
cantik yang menangis tepat di makam yang baru saja dibuat, entah milik
siapa itu. wajah nya tak terlalu asing.
Tiba-tiba saja kau tertunduk lesu saat mendengarnya.
Mengalihkan padangan mu kebawah, seakan tak ingin melihat tangisan itu.
Semakin penasaran, aku coba menyentuh mu tapi kau menghindar. Perlahan rintik
hujan turun membasahi senja di hari itu. Kau berjalan ke bawah pohon
besar di dekat pemakaman, dan aku pun mulai mengikuti. Ada sedikit
percakapan kecil disana, terlalu sederhana mungkin. Namun terlalu indah
untuk ditinggalkan.
Hari semakin gelap, hujan pun
sudah mulai reda. Rasanya tak ingin beranjak dari sana meninggalkan rasa
nyaman itu. Tapi aku harus cepat pulang sebelum semakin gelap. Langsung
saja ku keluarkan secarik kertas dan menuliskan nomor ponsel ku disana. Ada sapaan terakhir
dengan senyuman manis mu.
Segera aku berlari pulang. Singkat cerita. Sesampainya
dirumah aku hanya memandangi handphone yang tak kunjung berdering. Satu,
dua, tiga jam hampir putus asa aku menunggu pesan dari mu. Waktu
menunjukan pukul 23.50. Sunyi nya malam semakin menemani kesendirian ku. Sayu mata yang semakin berat dengan rasa kantuk
ku seketika hilang saat getaran handphone ini menyala. Satu pesan pertama dari mu
saat aku membuka inbox handphone ku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan yang seperti ini.
Tak tau perasaan apa itu. Aku
semakin nyaman dengan Kita. Satu pertemuan singkat itu rasanya merubah
semuanya. Ada kamu yang terus menyemangati hari-hari ku sekarang. Membawa ku keluar dari gelap. Menemani kesendirian ku lagi.
Puluhan bahkan Ratusan pesan mulai mengisi inbox handphone ini setiap
harinya. Ya, pesan darimu. Entah hubungan seperti apa ini namanya. Aku
hanya merasa nyaman dalam zona ini. Membuat ku semakin merasa nyaman
dengan pesan-pesan darimu. Kedekatan kita semakin nyata dalam ilustrasi
ku. Membuat ku merasa semakin hidup, hidup dalam dunia mu.
Tempat di hari ke-40 kita bertemu, Aku mendapatkan pesan yang sangat singkat
dihari itu. Hanya ucapan “Maaf”. setelah pesan itu kamu menghilang.
Tak satupun aku pernah menerima pesan mu lagi. Tak ada kabar apapun lagi
tentang mu. Aku kehilangan semuanya darimu.
Hey!! Kemana kamu?! sudah ratusan bahkan ribuan kali aku coba menghubungi, tapi tak pernah
bisa lagi. Aku rindu pesan darimu, walau hubungan ini hanya bisa aku
rasakan lewat pesan, namun rasanya sudah cukup untuk melengkapi perasaan
ku ini.
Tepat satu minggu setelah kehilangan itu. Aku
coba kembali ketempat itu lagi, di jam yang sama. Senja itu hujan lagi,
tapi tak cukup deras untuk berada disana. Ku kira itu menjadi hujan
terakhir ‘kita’, ada kamu disana, tepat dihadapan ku. Pandangan ku tak
lepas dari arah itu, terus melihat mu dari sini. Rasanya tak puas hanya
memandang mu dari kejauhan, aku coba menghampiri mu kesana. Kamu terus
berjalan menghampiri makam itu.
Sekarang aku berdiri tepat di
hadapan mu, tangis ku semakin kencang saat ada mu mulai semu. Bahkan aku
tak bisa memandang bayang mu lagi. Getir rasanya. Dingin. Kosong.
Pandangan ku tertuju pada satu titik yang menuliskan nama mu disana.
Tertata rapih, tegak diatas bukit kecil itu.
Semua pesan itu hanya
ilusi ku. Bahkan kamu memang tidak pernah menuliskan apa-apa untuk ku.
kamu hanya khayalan yang tidak pernah nyata di dunia ku. Hubungan jarak
jauh, antara mimpi dan kenyataan yang tidak akan pernah bisa aku rasakan
wujudnya. Ini semua jawaban dari kata maaf mu.
Aku terlalu asik
menggambarkan ‘kita’ yang nyata nya sudah tidak ada. Mengaharapkan sosok mu yang
bisa membuat ku hidup. Mengartikan mimpi sebagai sesuatu yang nyata.
Bahkan aku tidak pernah ada lagi dalam dunia mu.
Kamu membuat ku sadar
akan khayalan yang menakutkan. Memikirkan sesuatu yang tidak pernah
hidup, dan yang tidak pernah menghidupkan ku. Bahkan aku belum sempat
merasakan pelukan itu lagi. Aku terlalu nyaman dengan khayalan ku.
khayalan tentang Kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar