Senin, 12 November 2012

Bahkan Ilmuwan Pun Secara Tidak Sadar Melihat Tujuan Alam

Saat Badai Sandy menghantam Pantai Timur AS, beberapa orang mungkin akan melihat ada tujuan lain di balik kemarahan alam. Tapi sepertinya hal paling menyebalkan bagi ilmuwan adalah kalimat, "Semua hal terjadi pasti ada alasannya."

Namun, sebuah studi mengatakan kalimat itu menunjukkan cara berpikir paling umum yang dimiliki manusia. Riset menunjukkan manusia selalu memiliki jalan pemikiran bahwa semua kejadian mempunyai alasan tertentu, pemikiran yang bahkan tidak bisa dihindari ilmuwan.

Sebuah tim riset psikologi dari Boston University bertanya kepada ahli kimia, ahli geologi, dan ahli fisika dari universitas ternama seperti Harvard, MIT, dan Yale University untuk mengevaluasi penjelasan dari berbagai fenomena alam.


Pernyataan tersebut juga menyertakan penjelasan berbasis alasan (atau teleologikal) seperti "Pohon memproduksi oksigen agar binatang bisa bernapas," atau "Bumi mempunyai lapisan ozon untuk melindunginya dari sinar UV."

Ilmuwan yang tidak dikejar waktu, cenderung menolak penjelasan yang berbasis alasan. Sementara ilmuwan yang diperintahkan untuk memberi pernyataan secepatnya cenderung menggunakan penjelasan teleologikal, meski penjelasan tersebut belum teruji secara ilmiah.

"Hasil studi tersebut sangat mengejutkan," ujar Deborah Kelemen, profesor psikologi di Boston University. "Meski pelatihan ilmiah bisa mengurangi penerimaan terhadap penjelasan teleologikal yang tidak akurat secara ilmiah, hal itu tidak bisa menghapus kecenderungan manusia untuk mencari tujuan alam. Sepertinya pikiran kita secara alami lebih memilih hal yang religius dibanding ilmiah."

Peneliti juga menemukan pola yang sama pada lulusan universitas, meski ilmuwan secara keseluruhan lebih jarang menerima penjelasan berbasis alasan bila keduanya dibandingkan. Namun para ilmuwan juga memiliki pemikiran teleologikal yang sama besarnya dengan sejumlah profesor bahasa Inggris dan sejarah yang juga disurvei, ujar seorang peneliti.

Tim tersebut mengatakan, hasil penemuan mereka adalah petunjuk adanya sebuah kepercayaan di balik fenomena alam yang ada sejak dulu. Dalam kasus Badai Sandy, studi itu tampaknya dibuat atas riset sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang cenderung berpaling pada hal religius sebagai penjelasan untuk bencana alam.

Sebuah jajak pendapat tahun lalu menunjukkan bahwa 44 persen orang Amerika berpikir bahwa bencana alam adalah petunjuk dari Tuhan.

Studi terbaru tersebut dipubliksikan secara online di “Journal of Experimental Psychology: General” edisi Oktober.

Sumber : id.berita.yahoo.com

Mereka yang Percaya Bumi Itu Datar

Bumi itu bulat? Tidak demikian bagi para anggota organisasi Flat Earth Society. Mereka percaya Bumi itu datar. Saat berjalan di permukaan Bumi, yang terlihat dan terasa memang datar.

Tak heran mereka membantah semua bukti yang bertentangan dengan kepercayaan mereka, seperti foto Bumi dari satelit yang menunjukkan bahwa Bumi itu bulat. Mereka bilang itu adalah “konspirasi Bumi bulat” yang diciptakan oleh NASA dan agen pemerintah lainnya.

Menurut pengurus Flat Earth Society, anggota mereka telah tumbuh sebanyak 200 orang (sebagian besar orang Amerika dan Inggris) per tahun sejak 2009.

Pandangan Flat Earth SocietyOrganisasi ini siap dibilang konyol karena menolak teori Bumi itu bulat. Mereka mengatakan, Bumi itu berupa cakram dengan Lingkar Arktik terletak di pusat, dan Antartika — yang menjulang setinggi 32 meter — berada di tepian.

Mereka bilang, pegawai NASA menjaga dinding es ini dan mencegah orang memanjat supaya tidak terjatuh keluar cakram.


Kalau bumi itu rata, bagaimana dengan siklus siang-malam? Menurut mereka, matahari dan bulan adalah bola berukuran 51 kilometer yang bergerak mendatar memutari cakram Bumi, dengan jarak 4.828 km. (Sementara itu bintang, kata mereka, jaraknya 4.988 km.)

Seperti lampu sorot, bola-bola langit menerangi bagian yang berbeda dari planet dalam siklus 24 jam. Mereka percaya bahwa pasti ada semacam “antimoon” yang tak terlihat yang menutupi bulan saat gerhana.

Selanjutnya, mereka tidak percaya gravitasi Bumi. Bukan kita tertarik ke bawah, melainkan cakram Bumi yang bergerak ke atas dengan percepatan 9,8 meter per detik kuadrat. Pergerakan cakram ke atas ini disebabkan oleh kekuatan misterius bernama energi gelap.

Saat ini, masih ada debat di kalangan anggota mengenai teori relativitas Einstein. Apakah menurut teori itu Bumi bisa bergerak ke atas tanpa melebihi kecepatan cahaya? (Rupanya, hukum Einstein masih berlaku di dunia mereka.)

Lalu apa yang berada di bawah cakram? Belum diketahui. Tapi banyak anggota yang percaya di bawah cakram ada “batu.”

Para anggota Flat Earth Society percaya, foto-foto mengenai Bumi yang berbentuk bulat sudah direkayasa dengan Photoshop. Para pilot pun dikibuli — dengan cara rekayasa GPS — supaya mereka mengira terbang dalam trayek melengkung sesuai kontur Bumi. Padahal, sebenarnya mereka terbang mellingkar mendatar di atas cakram.

Motif pemerintah dunia menyembunyikan bentuk asli dari Bumi masih belum dipastikan, namun anggota Flat Earth Society curiga hal itu berkaitan dengan motif ekonomi. "Singkatnya, secara logis akan lebih murah untuk memalsukan program ruang angkasa daripada melaksanakan program yang sebenarnya,” kata organisasi tersebut dalam website mereka.

Bukan leluconTeori tersebut mengikuti cara berpikir bernama "Metode Zetetic," yang merupakan alternatif metode ilmiah, yang dikembangkan oleh orang-orang yang percaya bahwa Bumi itu datar pada abad ke-19, ketika pengamatan sensorik mendominasi saat itu.

"Secara umum, metode tersebut banyak menekankan penggabungan empirisme dan rasionalisme, dan membuat kesimpulan logis berdasarkan data empiris," kata wakil presiden Flat Earth Society, Michael Wilmore kepada Life’s Little Mysteries. Dalam astronomi Zetetic, persepsi bahwa Bumi itu datar menggiring kita pada kesimpulan bahwa Bumi sebenarnya pasti datar. “Antimoon”, konspirasi NASA dan lainnya hanyalah upaya rasionalisasi.

Semua detail tersebut membuat teori organisasi tersebut terdengar seperti lelucon, tapi mereka sedang tidak bercanda.

Wilmore menganggap dirinya di antara orang yang percaya teori tersebut. "Keyakinan saya sendiri adalah hasil dari introspeksi filosofis dan data besar yang saya amati secara pribadi, yang masih saya susun," katanya.

Di satu sisi, Flat Earth Society meragukan NASA. Anehnya, di sisi lain, Wilmore dan presiden organisasi, Daniel Shenton, menganggap bahwa pemanasan global memang kuat (padahal banyak bukti pemanasan global berasal dari data satelit yang dikumpulkan oleh NASA). Mereka juga percaya teori evolusi dan prinsip utama ilmu pengetahuan lainnya.

Psikologi teori konspirasiTeori mereka tidaklah mengejutkan para ahli. Karen Douglas, seorang psikolog di University of Kent di Inggris yang mempelajari psikologi teori konspirasi, mengatakan bahwa keyakinan para anggota Flat Earth Society sama dengan orang-orang pencipta teori konspirasi lain yang telah ia pelajari.

Ia mengatakan, semua teori konspirasi memiliki dorongan dasar yang sama: Mereka menyajikan sebuah teori alternatif tentang isu penting atau peristiwa, dan membangun penjelasan (sering kali) samar-samar tentang alasan seseorang menutupi kejadian yang sesungguhnya.

"Salah satu poin utama dari bantahan itu adalah bahwa mereka menjelaskan kejadian besar tetapi sering tanpa memberikan penjelasan lengkap," ujarnya. "Banyak kekuatan terletak pada kenyataan bahwa mereka samar-samar."

Rasa percaya diri ahli teori konspirasi untuk tetap berpegang pada teori mereka membuat kisah tersebut semakin menarik. Lagipula, para anggota Flat Earth Society lebih bersikukuh bahwa Bumi ini datar daripada kebanyakan orang yang mengatakan bahwa Bumi itu bulat (mungkin karena sebagian dari kita merasa kita tidak punya apa-apa untuk membuktikannya).

"Jika Anda dihadapkan dengan sudut pandang minoritas yang diungkapkan dalam cara yang cerdas, diinformasikan dengan baik, dan ketika para pendukung organisasi itu tidak menyimpang dari pendapat kuat yang mereka miliki, mereka bisa sangat berpengaruh. Kami menyebutnya pengaruh kaum minoritas," kata Douglas.

Dalam penelitian terbaru, Eric Oliver dan Tom Wood, ilmuwan politik di Universitas Chicago, menemukan bahwa sekitar setengah dari orang Amerika mendukung setidaknya satu teori konspirasi, dari gagasan bahwa Tragedi 9/11 dilakukan oleh orang dalam Amerika hingga pembunuhan John F Kennedy.

"Banyak orang yang memercayai banyak ide yang secara langsung bertentangan dengan narasi budaya yang dominan," kata Oliver kepada Life’s Little Mysteries. Ia mengatakan bahwa keyakinan konspirasi mengakar dari kecenderungan manusia untuk memahami kekuatan gaib di tempat kerja, yang dikenal sebagai pemikiran magis.

Namun, para anggota organisasi tersebut tidak sepenuhnya senang dengan gambaran umum tersebut. Kebanyakan pembuat teori konspirasi mengadopsi teori dengan pandangan ekstrem, bahkan yang bertentangan satu sama lain. Sementara itu, para anggota tersebut hanya mempergunjingkan masalah bentuk Bumi.

“Jika mereka seperti pembuat teori konspirasi lainnya, mereka harus menunjukkan kecenderungan untuk memercayai pemikiran magis, seperti memercayai UFO, ESP, hantu iblis, makhluk tak terlihat lainnya,” tulis Oliver.

Sumber : id.berita.yahoo.com

Lubang Ozon Antartika Capai Ukuran Terkecil Kedua

Washington (AFP/ANTARA) - Lubang musiman di lapisan ozon di Antartika tahun ini merupakan yang terkecil kedua dalam dua dekade terakhir, namun masih meliputi area sebesar Amerika Utara, ujar para pengamat pada Rabu.

Ukuran rata-rata dari perisai pelindung Bumi tersebut adalah 6,9 juta mil persegi (17,9 juta kilometer persegi), menurut pengukuran satelit oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan badan antariksa AS, NASA.

“Cuaca sedikit lebih hangat tahun ini di atmosfer di atas Antartika, dan itu berarti bahwa kami tidak melihat penipisan ozon sebanyak yang kami lihat tahun lalu, ketika suhu di sana lebih dingin,” ujar Jim Butler dari Earth System Research Laboratory NOAA di kota Boulder, Colorado.

Lubang ozon Antartika, yang terbentuk pada September dan Oktober, mencapai ukuran terbesarnya, 8,2 juta mil persegi, kira-kira sebesar wilayah gabungan Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada, pada 22 September.

Sebagai perbandingan, lubang ozon terbesar yang tercatat sampai saat ini adalah yang berukuran 11,5 juta mil persegi pada 2000.

Lapisan ozon, yang membantu melindungi Bumi dari bahaya sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker kulit dan katarak, mulai mengembangkan lubang setiap tahunnya yang dimulai pada 1980-an karena chlorofluorocarbons, atau CFC.

CFC, yang umumnya digunakan di dalam lemari es dan kaleng aerosol, kini hampir tidak digunakan lagi berkat perjanjian internasional yang ditandatangani pada 16 September 1987, di tengah kekhwatiran global atas penyebaran lubang di lapisan ozon. (ai/pt)

Sumber : id.berita.yahoo.com

Isu gelap total

Pakar: Bumi "Blackout" Menjelang Natal Berita Bohong
Pakar: Bumi "Blackout" Menjelang Natal Berita Bohong
Jakarta (ANTARA) - Pakar astronomi Prof Dr Thomas Djamaluddin menegaskan bahwa berita-berita yang menyebut kiamat terjadi pada 21 Desember 2012, dan bahwa tiga hari menjelang Natal akan terjadi "blackout" adalah berita bohong.

"Ramalan kiamat itu didasari kalender hitungan panjang suku Maya yang oleh antropolog pun sudah ditepis. Dari sisi astronomi juga tidak ilmiah," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional itu di Jakarta, Minggu.
Ia juga membantah jika ramalan kiamat tersebut terkait dengan hasil riset NASA bahwa semua planet termasuk matahari dan bumi saat itu berada sejajar membentuk sebuah garis lurus untuk pertama kalinya, dan menyebabkan bumi tertutup planet hingga terjadi kegelapan total pada 23-25 Desember 2012.
"Berita `blackout` itu bohong. Tidak ada konfigurasi segarisnya planet dan tidak mungkin matahari terhalangi penuh, sehingga bumi gelap. Info yang menyebut NASA juga bohong," tukasnya.
Satu-satunya keterkaitan astronomi dengan kiamat 2012 itu yang benar adalah soal puncak aktivitas matahari pada 2012, di mana medan magnet matahari mencapai suatu tingkat kompleksitas magnetik terlalu tinggi, sehingga melepaskan energi.

"Tapi itupun telah bergeser ke pertengahan 2013," ujarnya.
Sekarang ini, lanjut dia, intensitas badai matahari masih rendah, dengan rata-rata sekali dalam sebulan, tapi semakin lama akan semakin sering di mana pada Mei 2013, dalam sehari bisa terjadi beberapa kali badai matahari.

Namun, ujarnya, badai matahari tidak berpengaruh pada manusia di bumi, karena bumi memiliki lapisan magnetik (magnetosir) yang melindungi bumi dari partikel berenergi tinggi dengan membelokkannya ke kutub, yang muncul sebagai fenomena aurora.

Radiasi Sinar X dan Ultra Violet dari matahari juga difilter oleh atmosfer bumi yang mengandung lapisan ozon, sehingga tak berpengaruh apapun pada bumi, papatnya.
"Dua hari lalu terjadi badai matahari, tapi kita sudah lihat tidak berpengaruh apapun kepada bumi," ucapnya.
Badai matahari, lanjut dia, hanya memberi gangguan pada teknologi satelit dan komunikasi, khususnya di negara-negara di lintang tinggi seperti di Eropa, Rusia, Kanada dan AS, tidak di negara di ekuator seperti Indonesia.(ar)

sumber : id.berita.yahoo.com