Senin, 04 Februari 2013

PESAN

By || Veni Sylviani

16.45 || Waktu menunjukan senja yang semakin gelap dengan awan mendung hari itu. Cepat – cepat aku berlari pulang karna tak ingin telat sampai ke rumah. Aku berlari menyusuri sepanjang jalan. Semakin cepat, dan seketika terhenti tepat di arah kanan mu. Tak tau apa yang menarik perhatian ku saat itu, tubuh ku perlahan menghampiri mu. Tatapan mu tak lepas dari arah itu, terus mengarah pada satu titik keramaian disana. Segerombolan orang yang berpakaian hitam dengan suasana haru. 
Tak lama suara histeris tangisan terdengar kencang dari arah itu. Seorang wanita cantik yang menangis tepat di makam yang baru saja dibuat, entah milik siapa itu. wajah nya tak terlalu asing.


Tiba-tiba saja kau tertunduk lesu saat mendengarnya. Mengalihkan padangan mu kebawah, seakan tak ingin melihat tangisan itu. Semakin penasaran, aku coba menyentuh mu tapi kau menghindar. Perlahan rintik hujan turun membasahi senja di hari itu. Kau berjalan ke bawah pohon besar di dekat pemakaman, dan aku pun mulai mengikuti. Ada sedikit percakapan kecil disana, terlalu sederhana mungkin. Namun terlalu indah untuk ditinggalkan. 


Hari semakin gelap, hujan pun sudah mulai reda. Rasanya tak ingin beranjak dari sana meninggalkan rasa nyaman itu. Tapi aku harus cepat pulang sebelum semakin gelap. Langsung saja ku keluarkan secarik kertas dan menuliskan nomor ponsel ku disana.  Ada sapaan terakhir dengan senyuman manis mu.


Segera aku berlari pulang. Singkat cerita. Sesampainya dirumah aku hanya memandangi handphone yang tak kunjung berdering. Satu, dua, tiga jam hampir putus asa aku menunggu pesan dari mu. Waktu menunjukan pukul 23.50. Sunyi nya malam semakin menemani kesendirian ku. Sayu mata yang semakin berat dengan rasa kantuk ku seketika hilang saat getaran handphone ini menyala. Satu pesan pertama dari mu saat aku membuka inbox handphone ku. Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan yang seperti ini.


Tak tau perasaan apa itu. Aku semakin nyaman dengan Kita. Satu pertemuan singkat itu rasanya merubah semuanya. Ada kamu yang terus menyemangati hari-hari ku sekarang. Membawa ku keluar dari gelap. Menemani kesendirian ku lagi. Puluhan bahkan Ratusan pesan mulai mengisi inbox handphone ini setiap harinya. Ya, pesan darimu. Entah hubungan seperti apa ini namanya. Aku hanya merasa nyaman dalam zona ini. Membuat ku semakin merasa nyaman dengan pesan-pesan darimu. Kedekatan kita semakin nyata dalam ilustrasi ku. Membuat ku merasa semakin hidup, hidup dalam dunia mu.


Tempat di hari ke-40 kita bertemu, Aku mendapatkan pesan yang sangat singkat dihari itu. Hanya ucapan “Maaf”. setelah pesan itu kamu menghilang. Tak satupun aku pernah menerima pesan mu lagi. Tak ada kabar apapun lagi tentang mu. Aku kehilangan semuanya darimu. 


Hey!! Kemana kamu?! sudah ratusan bahkan ribuan kali aku coba menghubungi, tapi tak pernah bisa lagi. Aku rindu pesan darimu, walau hubungan ini hanya bisa aku rasakan lewat pesan, namun rasanya sudah cukup untuk melengkapi perasaan ku ini. 


Tepat satu minggu setelah kehilangan itu. Aku coba kembali ketempat itu lagi, di jam yang sama. Senja itu hujan lagi, tapi tak cukup deras untuk berada disana. Ku kira itu menjadi hujan terakhir ‘kita’, ada kamu disana, tepat dihadapan ku. Pandangan ku tak lepas dari arah itu, terus melihat mu dari sini. Rasanya tak puas hanya memandang mu dari kejauhan, aku coba menghampiri mu kesana. Kamu terus berjalan menghampiri makam itu. 


Sekarang aku berdiri tepat di hadapan mu, tangis ku semakin kencang saat ada mu mulai semu. Bahkan aku tak bisa memandang bayang mu lagi. Getir rasanya. Dingin. Kosong. Pandangan ku tertuju pada satu titik yang menuliskan nama mu disana. Tertata rapih, tegak diatas bukit kecil itu.
Semua pesan itu hanya ilusi ku. Bahkan kamu memang tidak pernah menuliskan apa-apa untuk ku. kamu hanya khayalan yang tidak pernah nyata di dunia ku. Hubungan jarak jauh, antara mimpi dan kenyataan yang tidak akan pernah bisa aku rasakan wujudnya. Ini semua jawaban dari kata maaf mu.
Aku terlalu asik menggambarkan ‘kita’ yang nyata nya sudah tidak ada. Mengaharapkan sosok mu yang bisa membuat ku hidup. Mengartikan mimpi sebagai sesuatu yang nyata. Bahkan aku tidak pernah ada lagi dalam dunia mu. 


Kamu membuat ku sadar akan khayalan yang menakutkan. Memikirkan sesuatu yang tidak pernah hidup, dan yang tidak pernah menghidupkan ku. Bahkan aku belum sempat merasakan pelukan itu lagi. Aku terlalu nyaman dengan khayalan ku. khayalan tentang Kita.