Sabtu, 11 Januari 2014

Why do we fall in love so easy, even when it's not right?

“Hey...” akhirnya sapaan itu ada lagi, beberapa bulan lalu setelah satu tahun tak pernah terdengar. Dia tatap lagi tubuh tinggi mu sambil menyembunyikan rasa gugup nya. Entah mau membahas apa, satu tahun tanpa ada komunikasi seharusnya banyak yang bisa di ceritakan, tapi nampaknya masih terlalu dini untuk membicarakan apapun.
Juli dua ribu sepuluh, di bulan itu pertama kali dia melihat mu. Dia terus menatap mu walau dari kejauhan, memperhatikan mu walau sekedar diam. Banyak hal terjadi yang sulit dihilangkan, masih tergores rapih lengkap dengan semua rasa di dalam nya.
Dulu ada jutaan kamu dalam harapan nya yang dengan mudah nya kau hempas. Hal hal sesederhana itu seakan-akan di ciptakan untuk tidak di lupakan. Sebenarnya dia takut untuk mengartikan perhatian mu lagi yang mungkin saja tak hanya kau bagi untuk nya. Mungkin kamu pernah menceritakan nya, sama seperti saat kamu menceritakan orang lain kepada nya.
Dia… orang yang sampai saat ini masih terus bertanya, "kita singgah di sebuah tempat yang indah, banyak hal yang kita bentuk disana, bersama, tapi kita sama-sama tau kalau itu hanya tempat persinggahan, sesaat, yang sekarang kita singgahi lagi setelah sempat ditinggalkan. Kenapa dia mau berada di tempat itu lagi, padahal dia tau kalau nantinya kamu akan pergi lagi ke tempat lain."
Nggak akan ada alasan yang tepat. Dia bukan bodoh, dia hanya terlalu nyaman singgah di tempat itu.
Semua hal tentang kamu, candaan mu yang bahkan sering membuat nya kesal, suara tawa mu, ledekanmu, dia takut itu semua hilang. Hal kecil sekalipun, selalu kamu. Mungkin dia sudah tau bagaimana kehilangan mu, bukan dulu, setiap hal yang mengingatkan nya tentang perbedaan itu semakin membuat nya menyiapkan perpisahan yang pasti akan datang. 

******
Semua yang ku sebut kamu
Adalah langit yang membuai riuh dalam keramaian
Semua yang ku sebut kamu
Adalah sapa lembut dewi matahari yang meluluhkan kepedihan
Semua yang ku sebut kamu
Adalah cahaya yang menelusup lewat jendela kamarku
Semua yang ku sebut kamu adalah rayu
Tempat kita memejamkan mata sejenak
Dari lelahnya kenyataan

Sepotong sepi yang memayungi
Memecah identitas yang tersembunyi
Kau arahkan asap ku kesana kemari
Menyentuh tatap yang tak pernah kutemui

Tak ada ragu bagi mu
Karena cinta telah menyerah pada pengasingannya
Belati yang tersembunyi
Menjawab Tanya yang menggerogoti
Bunuh aku dengan rindu yang selalu ingin kusudahi!

Semua yang ku sebut kamu
Adalah angan yang tak mampu menyentuh bibir kenyataan
Semua yang kusebut kamu
Adalah tawa dibalik pelupuk air mata

Semua yang ku sebut kamu
Adalah kita
Yang tetap saja berbeda.

***

Kamu tentu tau
Aku mencintai mu
Hingga aku harus melawan segala norma yang ada
Hingga aku harus menutup telinga
Pada setiap cercaan
Dan makian

Kamu tentu mengerti
Banyaknya masalah yang harus kuselami
Untuk bersatu dengan mu
Untuk bisa merengkuh setiap jengkal peluk mu

Kamu pasti memaklumi
Kalau aku mencintai mu
Walau tasbihku
Berbeda dengan kalung salib mu
Walau kitab bacaan ku
Berbeda dengan kitab bacaan mu
Salahkah perbedaan itu?

Perbedaan seharusnya nggak menghentikan seseorang untuk jatuh cinta. Bagaimana pun akhir perasaan kita nanti, sayang ini tetap ada buat kamu. Berubah atau tidak nya kamu, menyakiti atau disakiti lagi, setidaknya kita punya kenangan yang kita bentuk bersama. Entah untuk dikenang atau dilupakan.

By : Veni Sylviani