Minggu, 25 November 2012

10 penulis terkenal yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri

Para seniman seperti Beethoven, Van Gogh, dan William Blake memang telah memukau dunia dengan karya-karya abadi mereka. Namun di sisi lain, ternyata para seniman juga memiliki pemikiran dan perilaku yang terkadang sulit dimengerti. Beberapa bahkan dianggap gila. Begitupun dengan para penulis karya-karya kenamaan. Beberapa diingat karena memiliki gangguan mental, dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

1.Ernest Hemingway
Penulis “The Old Man and The Sea” serta “For Whom The Bell Tolls” ini menderita gangguan mental selama hidupnya. Ia juga diduga memiliki kepribadian ganda dan kerusakan otak, akibat sering terlibat perkelahian. Ia juga didiagnosa dengan haemochromatics, suatu penyakit langka yang menyebabkan kandungan zat besi berlebih di dalam tubuh. Pada tahun 1960 ia kehilangan kewarasannya, berbagai terapi tak mampu menolongnya. Akhirnya ia menembak dirinya sendiri pada tahun 1961. Ernest tak sendiri. Ayah, saudara perempuan, saudara laki-laki, dan cucunya juga meninggal akibat bunuh diri.

2. Jack London

Penulis kisah “The Call of the Wild” dan “White Fang” ini dikenal sebagai sosok pemikir sosial yang cerdas sekaligus aneh. Kabarnya ia memiliki kepribadian ganda, juga pemabuk berat dan telah berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri. Ia tewas akiba overdosis morfin. Saat tengah mengandung Jack London, ibunya juga pernah mencoba bunuh diri dengan minum banyak obat dan menembak dirinya sendiri, namun gagal.

3. Kurt Vonnegut

Ia paling dikenal atas bukunya “Slaughterhouse-Five” sebuah satir tentang pengalamannya selama Perang Dunia II. Ia menyebut dirinya sebagai seorang humanis yang menolak agama. Ia menderita depresi dan bunuh diri pada 1984. Ibunya juga tewas akibat bunuh diri pada 1944. Selain itu, anak kandungnya, Mark juga didiagnosa dengan kepribadian ganda dan skizofrenia.

4. Hunter S. Thompson

Penulis “Fear and Loathing in Las Vegas” ini dikenal sebagai pemabuk, pecandu obat-obatan, dan sering melakukan kekerasa dengan senjata. Di usia senjanya, Thompson tinggal di sebuah desa di Colorado sebelum akhirnya menembakkan diri dengan pistol pada tahun 2005.

5. Sylvia Plath
Plath menderita depresi sejak muda, dan telah menjalani berbagai terapi akibat berkali-kali kedapatan mencoba bunuh diri. Semua pengalaman pahitnya ini ia tuliskan ke dalam sebuah novel semi-otobiografi, The Bell Jar. Apalagi setelah ia mengetahui suaminya berselingkuh, Plath terus mencoba bunuh diri. Akhirnya ia “berhasil” bunuh diri dengan menghirup gas karbondioksida dari ovennya. Usianya baru 30 tahun saat itu.

6. John Kennedy Toole
 
Penulis yang juga professor di Tulane University ini terkenal justru setelah ia meninggal dunia. Sebelumnya ia menulis buku “A Confederacy of Dunces” dan menjualnya kepada sebuah penerbit, namun plot ceritanya diubah oleh penerbit itu dengan alasan agar lebih menarik. Ia depresi dan akhirnya melakukan bunuh diri. Beberapa tahun kemudian, ibunya menemui novelis kenamaan Walker Percy untuk membaca karya Toole, dan Percy pun tertarik. Buku A Confederacy of Dunces ini menjadi sangat terkenal, bahkan memenangkan Pulitzer tahun 1981 untuk kategori fiksi.

7. Edgar Allan Poe
 
Setelah kematian istrinya, orang jenius ini pun mengalami depresi berat. Ia melampiaskan kesedihannya melalui alkohol dan obat-obatan, dan sangat terobsesi pada kematian. Semua pergulatan batinnya ini sangat terlihat di buku “The Raven” karyanya yang sangat terkenal. Ia akhirnya meninggal pada 7 Oktober 1849 dengan penyebab yang belum diketahui.

8. Virginia Woolf

Penulis ini paling dikenal atas karyanya “Mrs. Dalloway” yang mengangkat tema seputar gangguan mental, homoseksualitas, dan kehidupan itu sendiri. Ia mengalami depresi setelah kematian ayahnya pada 1904. Perang Dunia II semakin membuatnya tertekan, saat rumahnya di London hancur akibat serangan Jerman. Pada 28 Maret 1941, Woolf menenggelamkan diri di Sungai Ouse, dengan mengantongi banyak batu besar di jaketnya. Jasadnya baru ditemukan sebulan kemudian.

9. Raymond Chandler

Penulis ini tidak mempublikasikan semua tulisannya, sampai ia berumur 50 tahun. Ia seorang pemabuk berat, dan memiliki temperamen kasar, hingga didiagnosa dengan gangguan mental. Ia memutuskan bunuh diri setelah ditinggal mati istrinya pada 1955.

10. David Foster Wallace

Wallace paling dikenal atas novelnya Infinite Jess, sebuah karya besar yang berisi hampir setengah juta kata, termasuk detil-detil dan catatan kaki. Ia juga seorang professor yang disenangi oleh mahasiswanya. Di balik itu, ia ternyata menderita depresi hampir sepanjang hidupnya, dan sangat tergantung obat anti-depresi agar dapat bersikap normal. Ia berhenti menggunakan obat anti-depresi, namun depresinya menyerang lagi hingga harus mendapatkan terapi. Ia tak tertolong lagi setelah ditemukan gantung diri pada September 2008. Karyanya yang terakhir dipublikasikan adalah “The Pale King.”(yri)

sumber : bisnis-jabar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar